Setelah setahun lebih jadi fasilitator pendamping beasiswa, aku menyadari satu hal. In my sotoy opinion, modal pertama yang harus dimiliki seorang fasil adalah kemampuan menyamakan frekuensi. Baik ke adik-adik penerima beasiswa atau partner fasilitator.
Kemampuan ini tentunya tidak hadir begitu saja. Karena di baliknya, ada banyak check list yang harus selesai dari diri sendiri, seperti percaya diri, mengenal diri sendiri, dan empati. Dan prosesnya pasti tidak sebentar. Butuh waktu bertahun-tahun.
Aku belajar banyak soal menyamakan frekuensi justru dari seringnya memperhatikan orang-orang yang gampang masuk ke sebuah circle tanpa harus jadi tokoh utama. Lebih banyak mendengar, tapi tetap memberi respon yang relevan. Lebih banyak memfasilitasi dan menyampingkan ego sendiri.
Sejatinya, setiap kita punya frekuensi tertentu yang bisa jadi tidak sama dengan orang lain. Segera sadari letaknya dan ukur seberapa jauh gap-nya dengan frekuensi teman kita. Jika masih bisa dijangkau, mari menyusun strategi resonansi frekuensi. 😃
Frame of Life
Selama sekian puluh tahun hidup di dunia kita pasti menjadikan banyak hal sebagai referensi. Dan tentunya, ada banyak pula peristiwa dan pengalaman yang kita alami. Ketika menyadari bahwa jalan dan kisah hidup setiap orang berbeda-beda, kita seharusnya menjadi lebih respect. Cara seseorang memandang hidup hari ini adalah hasil dari rangkaian proses pengalaman-pengalaman dan referensi-referensi tersebut. So, jika ingin menyamakan frekuensi dengan orang lain, dekatkan referensi dan perbanyak pengalaman bersama. Cobalah membaca buku yang sama, menonton film yang sama, dan menghabiskan banyak waktu bersama.
Deep Talking
Selama menghabiskan waktu berkualitas bersama, beranilah untuk memulai perbincangan dan diskusi yang mendalam. Bertukar isi kepala. Bertukar nilai-nilai kebaikan tanpa penghakiman dan merasa si paling benar. Biasakanlah untuk deep talk. Ada banyak hal-hal kecil berdampak dan berhikmah besar yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup. Membuat hal-hal kecil menjadi berbobot besar dan membuat hal-hal besar menjadi lebih ringan untuk dibicarakan adalah kemampuan yang jarang dimiliki setiap orang. Mulailah dengan clear communication.
Clear Communication
Komunikasi yang jelas dan asertif juga perlu dipelajari dan dilatih. Tidak ada satu pun orang yang bisa menebak seluruh isi kepala kita yang rumit. Kalau perlu sesuatu, katakan. Sampaikan dengan jelas. Keengganan untuk berbicara membuat kita lebih sering overthinking dan menyerah pada keadaan. Belajarlah lebih berani.
Setelah mempraktikkan semua hal di atas, kita belum tentu juga akan memiliki frekuensi yang sama dengan orang lain. Akan tetap ada hal-hal yang menyebabkan miskomunikasi. Tetaplah jadikan ini proses kita untuk saling bertumbuh dan melengkapi satu sama lain.
Your thinking partner,
Ida M
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)