Saya nggak inget kapan tepatnya saya ngedongengin
de krucils, ponakan-ponakan saya. Kalau nggak salah, lebaran tahun lalu.
Saya punya banyak majalah anak-anak yang masih tersimpan rapi di rumah. Majalah itu usianya udah hampir 20 tahun. Salah satu dari majalah itu saya ambil dan saya buka di depan de krucils.
Sebelumnya, saya udah habis baca buku
Read Aloud, karya
Jim Trelease. Dalam buku itu dijelasin tentang pentingnya membaca nyaring untuk anak-anak. And yes, I did it.
Seketika saya membuka majalah dan berkata
"Eh, Aunty ada cerita looooh", mereka langsung berkerumun mengerubungi saya. Mencoba mengintervensi majalah yang saya pegang. Ikut membolak-balik halamannya, memilih cerita sendiri, lalu saya bacakan secara nyaring. Aktivitas ini jadi terbiasa kami lakukan berulang kali.
Suatu ketika, di rumah sedang pemadaman listrik. Malam hari. Supaya suasana nggak boring, saya inisiatif ambil salah satu majalah judulnya Ino.
|
sumber : koleksikemalaatmojo.blogspot.com/ |
Saya buka halaman yang isinya cerpen genre misteri. Yes. Majalah anak ada cerpen misteri. Seram. Dulu saya ga berani baca. Wkwk.
Lalu, saya read aloud cerita itu dengan totalitas intonasi dan ekspresi. Salah satu ponakan saya, Meizi, emang hobinya suka ketawa sambil teriak. Jadi, sepanjang saya bercerita, dia teriak dan ketawa terus. Suasana jadi heboh.
Di tengah cerita, saya baru nyadar
kenapa sih saya pilih cerita misteri yang isinya ada unsur hantu, harusnya kan nggak boleh, ntar kalo mereka jadi penakut gimana, jadi percaya hantu gimana.
But show must go on.
Saya tetap cerita dengan segala respon kehebohan mereka, dan menutup kisah dengan sebuah hikmah :
Kalau kita rajin shalat, rajin baca Qur'an, rumah kita akan aman. Jin, setan, hantu nggak akan berani masuk rumah kita. Makanya, rajin shalah dan baca Qur'an yaaaah...
Abis itu, mereka agak tenang. Nggak tahu karena ceritanya udah selesai, atau karena jadi makin takut sama hantu. Wkwkwk.
Ngomongin soal dongeng dan read aloud, tadi malam, saya baru ikutan kelas dongeng yang diadakan grup Generasi Cakrawala FIM Sumut. Kelas diisi oleh Shofwan Muis sebagai narasumber. I enjoyed the discussion so much! Materi disampaikan dengan bahasa yang ringan dan menyenangkan. I got one point yang baru saya diketahui di kelas itu.
Manusia melalui beberapa tahapan budaya hingga masuk fase sekarang.
Tutur --> Visual/Gambar --> Tulisan/Bacaan --> Teknologi
Nah, ternyata Indonesia mengalami loncatan fase. Apa yang terjadi di Barat sekarang, baru terjadi di Indonesia 20-40 tahun berikutnya. Saat bangsa Barat gandrung membaca buku, bangsa kita masih berkutat dengan perang.
Baru mau menggalakkan gerakan membaca, tiba-tiba internet sudah datang lebih cepat. Akhirnya, kita melompat satu fase. Dari
visual ke
teknologi. Itulah salah satu alasan kenapa kebanyakan orang Indonesia kurang suka membaca.
Di sisi lain, bangsa kita sangat akrab dengan budaya tutur dan visual. Untuk memaksimalkan potensi itu, maka kita bisa manfaatkan
dongeng sebagai media edukasi untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, terutama pada anak-anak.
Itulah kenapa saya buat content #Historizmi di
@kakrizmi, supaya saya punya referensi yang banyak ketika nanti saya punya anak, saya mau dongengin kisah Rasulullah dan para sahabat sebelum tidur.
Karena sekarang belum menikah, jadi dongengnya ke de krucils atau anak-anak rumah belajar aja dulu. Kamu? Udah pernah mendongeng belum? Kuy, dicoba aja!
Ida Mayasari
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)