Langsung ke konten utama

Unggulan

Menjadi Istri dan (Calon) Ibu

Setelah 57 hari menjadi istri, akhirnya aku ngerasain rasanya pagi-pagi keteteran siapin bekal buat suami, keramas subuh-subuh hampir tiap hari (ehm), ngerjain kerjaan rumah supaya rumah tetep rapi (walau nggak rapi-rapi amat), dan lain-lain. Meanwhile, di sisi lain aku juga lagi adaptasi dari pekerja penuh waktu di kantor 8 to 5 sekaligus paruh waktu di weekend yang super duper sibuk, menjadi ibu rumah tangga yang mostly waktunya dipake buat jagain rumah. Wkwk. Biasanya sampe rumah itu capek dan langsung rebahan di kasur, sekarang harus menyambut orang yang capek itu setiap Senin sampai Sabtu dengan senyum sumringah supaya capeknya ganti jadi bahagia karena sudah sampai di rumah. Di tengah masa probation sebagai seorang istri ini, ternyata Allah Maha Baik juga turut menitipkan janin berusia sekitar 4 minggu dalam rahimku. Betapa menggemaskannya ia ketika pekan lalu kami (aku dan suami) melihatnya untuk pertama kali melalui USG. Usia kehamilan yang masih terlalu

Imam Sepanjang Masa

“Yang (berhak) menjadi imam (suatu) kaum, ialah yang paling pandai membaca Kitabullah. Jika mereka dalam bacaan sama, maka yang lebih mengetahui tentang sunnah. Jika mereka dalam sunnah sama, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam (dalam riwayat lain: umur). Dan janganlah seseorang menjadi imam terhadap yang lain di tempat kekuasaannya (dalam riwayat lain: di rumahnya). Dan janganlah duduk di tempat duduknya, kecuali seizinnya” [HR. Muslim]
Berangkat dari hadits tersebut, maka automatically yang jadi imam di rumah kos Asrama Nusantara adalah saya. Kalau saya berhalangan, Fira. Kalau Fira berhalangan, Rani dan Meila yang saling negosiasi.

Awalnya, saya ngerasa keberatan karena terus-terusan jadi imam. Banget. Karena kan capek ya harus siapin bacaan Surah yang variatif biar ga bosen. Belum lagi, kalau nervous atau ga fokus, bacaan bisa lompat ke sana ke mari, acakadul, dan berantakan. Yha, itulah dilema imam shalat jahr selama ini.

Tapi, makin ke sini, saya semakin menikmati aktivitas sebagai imam shalat di rumah. Karena, saya bisa sekalian muraja'ah hafalan. FYI, guru ngaji saya nargetin kami harus hafal 1 halaman Quran per hari. Yassss! That's why kami harus lebih berlatih keras untuk ini.

Jadi, pertentangan dalam batin akan sesuatu yang kurang kita suka itu, ternyata bisa diobati dengan berlapang dada menerima hal itu. Dan coba cari alasan lain supaya kita bisa menikmatinya.

Good.

Komentar

Postingan Populer