Langsung ke konten utama

Unggulan

Menjadi Istri dan (Calon) Ibu

Setelah 57 hari menjadi istri, akhirnya aku ngerasain rasanya pagi-pagi keteteran siapin bekal buat suami, keramas subuh-subuh hampir tiap hari (ehm), ngerjain kerjaan rumah supaya rumah tetep rapi (walau nggak rapi-rapi amat), dan lain-lain. Meanwhile, di sisi lain aku juga lagi adaptasi dari pekerja penuh waktu di kantor 8 to 5 sekaligus paruh waktu di weekend yang super duper sibuk, menjadi ibu rumah tangga yang mostly waktunya dipake buat jagain rumah. Wkwk. Biasanya sampe rumah itu capek dan langsung rebahan di kasur, sekarang harus menyambut orang yang capek itu setiap Senin sampai Sabtu dengan senyum sumringah supaya capeknya ganti jadi bahagia karena sudah sampai di rumah. Di tengah masa probation sebagai seorang istri ini, ternyata Allah Maha Baik juga turut menitipkan janin berusia sekitar 4 minggu dalam rahimku. Betapa menggemaskannya ia ketika pekan lalu kami (aku dan suami) melihatnya untuk pertama kali melalui USG. Usia kehamilan yang masih terlalu

Resonansi Alam


Belakangan ini, saya suntuk luar biasa. Mungkin karena satu dua hal yang belum selesai.


Sampai akhirnya, saya ngidam liat senja dan lampu-lampu kota. Dan korban ke-absurd-an saya adalah.... Siapa lagi kalau bukan anak-anak FIM Sumut. Mereka mau aja saya ajak jalan malem-malem. Keliling, meskipun baru hujan. Trus, pulang. Besoknya gitu lagi.


Gatau kenapa, belakangan ini pengennya aneh-aneh. Sesederhana duduk di atas atap, terus mandangin bintang atau lampu-lampu kota. Atau naik gunung. Liatin langit doang. Sampe matahari terbit.


Enaknya pergi sama orang yang nyambung, yang walaupun kita ga bicara, dia bisa tebak isi kepala kita. Cenayang kali. Wkwk.


Gatau kenapa, belakangan ini pengen beresonansi dengan alam. Mungkin karena sedang lelah pikiran.


Kau, jugakah? Kapan kita ke mana? 

Komentar

Postingan Populer