|
sumber : jatimtimes.com |
Kapan terakhir kali nangis?
Aku sendiri nangis bombay terakhir ketika perpisahan sama adik-adik binaan dua bulan lalu. Aku sengaja atur jadwal mabit di rumah, terus kita bakar-bakar ayam, makan-makan dan tengah malam aku bacain sebuah surat dengan lampu dimatiin dan diiringi alunan River Flows in You-nya Yiruma.
Aku nulis suratnya sambil nangis. Dan bacainnya juga sambil nangis.
Untuk adik-adikku, kelompok halaqah
Syajaratun dan Sahabatun.
Sudah berapa lama kita bersama, Dik?
Setahun? Dua tahun? Atau lebih? Kakak pun lupa sudah berapa hari tepatnya
karena bersama kalian semua terasa singkat. Selama itu juga, kita telah belajar
menjadi pribadi muslim yang terus berusaha memperbaiki diri hingga detik ini.
Kakak sudah baca surat-surat kalian
tempo hari. Cukup menguras emosi. Kakak baru sadar bahwa Allah benar-benar Maha
Baik, telah menganugerahi Kakak adik-adik yang sangat baik seperti kalian.
Terkadang Kakak juga malu kalah semangat dengan kalian dalam ibadah, belajar di
kampus, atau dalam menjalankan amanah. Begitu beruntung Kakak dititipi Allah
guru-guru kecil seperti kalian, yang memaksa kakak harus belajar tentang kehidupan
setiap hari.
Kakak masih ingat momen-momen
menyenangkan yang kita pernah lewati. Pertemuan pertama yang canggung, canda
dan tawa yang masih malu-malu, hingga hari ini kalian sudah begitu lepas. Tak
lagi ada tembok yang memisahkan hati-hati kita.
Tahukah kalian, Dik?
Tak ada hal yang lebih membahagiakan
bagi seorang murabbi, selain melihat mutarabbi-nya tumbuh dan berkembang
menjadi lebih baik seiring waktu berlalu. Tak ada hal yang lebih menyejukkan
hati selain melihat kalian mampu mengalirkan cinta yang sang murabbi berikan ke
semua orang termasuk adik-adik binaan di bawah kalian. Tak ada hal yang lebih
puitis selain membaca setiap raut wajah mutarabbi-nya yang semakin riang dari
hari ke hari, walau tengah memikul amanah dakwah yang berat ini.
Selama ratusan hari yang telah kita
lewati, Kakak bukan hanya belajar menjadi seorang guru spiritual untuk kalian.
Tapi, Kakak juga belajar menjadi ibu, sahabat, kakak, konsultan, bahkan tukang
masak demi bisa menghidangkan makanan agar kalian tak kelaparan selama kita
melingkar.
Sekarang, kalian tumbuh dan
berkembang jadi punggawa-punggawa besar di kampus, mengemban amanah yang tak
mudah tapi insyaallah kalian mampu menyelesaikannya hingga akhir. Kakak percaya
kalian mampu.
Sesungguhnya, surat ini ditulis
dengan hati yang hancur berkeping-keping, dengan air mata yang deras mengucur.
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Hari yang terlihat menyedihkan tapi siapa
yang tahu bahwa bisa jadi ini adalah awal hari-hari bahagia. Hari yang terkesan
menjadi akhir, tapi sebenarnya ini adalah awal dari yang baru.
Tahukah kalian, Dik? Mengapa Kakak
sudah umumkan dari jauh hari bahwa kelak hari ini akan tiba? Karena sebenarnya,
yang pertama paling tidak rela untuk berpisah itu adalah Kakak sendiri. Tapi
kemudian Kakak sadar, bahwa kalian bukanlah milik Kakak. Kalian ini milik
dakwah, milik Allah. Tidak pantas kakak menahan-nahan kalian meski kita sudah
saling nyaman. Kakak harap, beberapa pekan adalah waktu yang cukup bagi kita
untuk sama-sama menyiapkan hati dan melapangkan dada. Kakak yakin, cara ini
tidak akan lebih menyakitkan dibanding kakak putuskan secara tiba-tiba ketika
lagi sayang-sayangnya.
Insyaallah, dengan hati yang lapang,
kakak lepaskan kalian untuk berkelana lebih jauh bersama dengan murabbiyah yang
baru ya, Dik. Mulai pertemuan selanjutnya, kalian akan dipindahkan ke
murabbiyah lain yang insyaallah lebih berkafaah dari kakak. Yang insyaallah
lebih mampu menjawab setiap tanya dan keluh kesah kalian. Yang insyaallah lebih
bisa menjadi sosok yang memberikan teladan yang baik bagi kalian. Beruntungnya
kalian mendapatkan sosok-sosok ini, dan beruntungnya murabbiyah-murabbiyah yang
akan mendapatkan kalian nanti.
Kakak mohon maaf, jika selama kita
bersama, banyak perkataan atau perbuatan Kakak yang tidak berkenan di hati
kalian. Maafkan Kakak yang terlampau cerewet, terlalu memaksa kehendak, sangat galak,
begitu tegas, atau apapun itu sikap Kakak yang kalian tidak suka. Kalian harus
pahami, bahwa siapapun murabbiyah kalian, mereka adalah manusia biasa yang
banyak salahnya, bukan malaikat yang sempurna.
Pesan Kakak, dengan siapapun nanti
kalian halaqah, tetap istiqomah datang ke halaqah ya, Dik. Semoga Allah selalu
istiqomahkan kita, untuk terus melangkah di jalan-Nya. Jika ada terlintas niat
ingin keluar dari jalan dakwah ini, segera singkirkan. Jangan putuskan ikatan
yang telah lama kita rajut. Tidak perlu membanding-bandingkan kelompok yang
lama dengan kelompok yang baru. Tidak perlu membangga-banggakan murabbiyah yang
lama atau yang baru. Mari belajar menjadi murid yang bijaksana.
Akhirul kalam, terima kasih untuk
ratusan hari yang telah kita lewati bersama. Kalian adalah adik-adik terbaik
yang pernah kakak bina selama ini. Terima kasih untuk setiap peluk, tawa, dan
air mata yang mengalir dalam lingkaran kita. Bisa jadi ini adalah pertemuan
terakhir kita di lingkaran, tapi bisa jadi pula suatu hari kelak kita akan
bertemu lagi dalam lingkaran yang sama. Kalau nanti kalian masuk surga lebih
dulu, tolong tanyakan ke Allah dimana keberadaan Kakak. Kalau sekiranya saat
itu Kakak masih berada di neraka, tolong tarik Kakak ya, Dik, supaya kakak bisa
berkumpul bersama dengan kalian di surga, di lingkaran cinta yang sama. Semoga
ini adalah lingkarang surga yang kalian cari.
Kakak sayang kalian, karena Allah.
Salam cinta dan rindu teramat dalam
kepada Ainiyah, Annissa, Diana, Elsa, Eva, Fitri, Hafrizah, Hairunnisa, Ika,
Julia, Mayuni, Minda, Mutiah, Yusniah.
Dari kakak yang bangga akan
adik-adiknya
Ida Mayasari
Setelah ngelepas 14 orang adik, Allah hadiahkan 15 orang adik perempuan baru yang harus aku bina. Alhamdulillah. Hamasah, Da~
:') ❤️❤️
BalasHapus