Untuk adik-adikku.
Tidak terasa, sudah bertahun kita bersama ya, Dik. Sudah berapa siang yang kita lewati di belakang musholla pasca sarjana yang tak tahu esok apakah musholla itu masih boleh kita jadikan markas atau tidak lagi. Sudah berapa menit kita saling tunggu-menunggu. Kadang kakak menunggu kalian, kadang kalian menunggu kakak. Kita pernah sama-sama terlambat, bukan?
Adik-adikku, maafkan kakak yang sampai hari ini belum bisa menjadi sosok teladan bagi kalian. Semoga kalian tidak malu, menjadi adik binaan dari seorang kakak yang kini belum juga menyelesaikan perkuliahan di usia mahasiswa 5 tahun lebih. Semoga kalian tidak malu menjadi adik dari kakak yang masih sering marah atau berbicara terlampau tegas.
Seperti kakak yang kian hari kian bangga dengan kalian. Bangga rasanya melihat kalian semakin dewasa dalam berdakwah, semakin semangat berorganisasi, semakin totalitas dalam segala lini. Bahkan, sesekali kalian bumbui jalan perjuangan ini dengan prestasi.
Maafkan kakak ya, Dik. Dulu tak sempat ikut lomba sana-sini. Dulu hanya menyibukkan diri dengan amanah yang multi.
Adik-adikku, kakak kira dahulu sulit 'mengasuh' belasan adik, karena kakak adalah anak paling bungsu di rumah. Tapi ternyata, Allah mudahkan semuanya. Kakak belajar cepat, mencari algoritma terbaik dalam membina.
Sampai akhirnya kakak sadar. Kakak tidak harus menjadi lebih tua di hadapan kalian. Kakak hanya harus belajar jadi lebih bijak. Bijak menanggapi setiap pertanyaan dan masalah yang kalian tuturkan, agar kalian tak ulangi kesalahan yang dulu kakak pernah lakukan.
Kakak hanya harus belajar menerima siapapun kalian. Menerima dengan lapang dada paket lengkap diri kalian, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang Allah sematkan.
Maka tak lelah kakak ulangi pada kalian. Kakak duduk dan berbicara setiap pekan di hadapan kalian, bukan berarti kakak lebih baik, lebih pintar, lebih banyak ilmu dan amalnya. Kakak sama dengan kalian.
Dik, kita sama-sama belajar. Kita sama-sama berjuang.
Kakak yakin. Bagaimanapun kondisi ibadah dan amal kalian sekarang. Apakah pekan lalu kalian memilih absen dalam lingkaran dengan atau tanpa kabar. Kakak yakin, Dik. Dalam hati kita masing-masing ada seutas tali yang telah Allah ikat dan sambungkan satu sama lain.
Kakak yakin, kalian rela setiap pekan datang, itu karena rindu. Rindu ingin melihat wajah saudaranya. Rindu ingin mendengar tawa saudanya. Atau rindu dengan celotehan kakak yang kadang menjalar kemana-mana. Celotehan yang tanpa sengaja kalian tularkan juga ke adik-adik binaan kalian. "Iya kan?".
Maka, adik-adikku.
Kakak berpesan. Jangan putuskan tali itu, ya. Karena sulit merajutnya kembali jika terlanjur putus. Jangan pernah sekalipun abaikan rindu yang mulai padam karena ketidakhadiran kalian di lingkaran. Lingkaran ini masih terbuka, tapi tidak untuk selamanya. Ketika pintu tertutup, maka akan sulit bagi kalian untuk memasukinya lagi. Segeralah kembali.
Terima kasih untuk ratusan hari yang pernah bersama kita lewati dan semoga bisa senantiasa kita lalui ke depan.
Kakak sayang kalian.
Medan, 10 Desember 2017
Seorang kakak yang selalu belajar dari adik-adiknya
Ida Mayasari
sayang kak ida jugaaa,baper bacanya :')
BalasHapus:)
HapusMasyaaAllah, arigatou gamsa Kak Ida. #Touched
BalasHapus:)
HapusMasyaaAllah, arigatou gamsa Kak Ida. #Touched
BalasHapusMeleleh😭😭
BalasHapus:)
Hapus