Satu-satunya hal yang kadang buat saya ragu untuk menyampaikan sebuah petuah kebaikan baik dalam lisan maupun tulisan adalah 2 ayat dalam Al-Qur'an.
Qur'an Surah Ash-Shaf ayat 2-3:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ - 61:2
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ - 61:3
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."
Merinding saya tiap baca 2 ayat itu. Terngiang-ngiang terus setiap saya nulis untuk banyak orang atau ketika hendak mengisi materi sebuah pertemuan.
"Kira-kira aku pantes ga ya nyampein ini?"
Pertanyaan standar yang buat para da'i nggak pede.
Tapi, 2 ayat ini harusnya bukan jadi penghalang atau melemahkan kita untuk berdakwah ya. Justru harus jadi motivasi supaya kita mendakwahi diri sendiri dulu, menjadi teladan dulu, lalu mendakwahi orang lain. Istilahnya "
al qudwah qablad dakwah".
Sebuah kisah disadur dari buku Bersamamu Di Jalan Dakwah Berliku oleh Ust. Salim A. Fillah.
Imam Hasan Al-Bashriy didatangi para hamba sahaya kota Bashrah. Mereka mengadu bahwa banyak budak yang tidak dipenuhi hak-haknya oleh para majikan. Mereka memohon Sang Imam agar berkenan menyampaikan keutamaan membebaskan budak pada khutbah Jum'at yang akan datang di masjid Jami'. Sang Imam menyanggupi.
Tetapi dinanti selama 4 kali Jum'at, Sang Imam mengkhutbahkan tema-tema yang sama sekali lain. Tiap kali ditanya, beliau hanya tersenyum dan berkata, "Mohon berkenan untuk bersabar." Barulah pada Jum'at kelima, khutbah tentang keutamaan membebaskan para budak itu bergema, dan pada hari tsb ribuan budak dimerdekakan oleh tuannya. Yang tetap menjadi hambapun lalu diperlakukan dengan sangat baik.
Para bekas budak pun menghadap lagi dan bertanya apa kiranya sebab tertundanya khutbah itu.
"Aku berusaha keras mengumpulkan sejumlah uang," ujar Sang Imam tersenyum. "Setelah sekian lama, barulah pada pekan kelima ini uangku cukup utk membeli seorang budak. Aku pun membelinya kemarin."
"Tetapi untuk apa Anda membeli seorang budak?" tanya mereka.
"Untuk kuperlakukan dengan baik sejak kemarin hingga hari ini. Lalu kumerdekakan dia tepat sebelum aku berkhutbah tentang keutamaan membebaskan budak tadi."
Kisah inipun kian bergema sejak pertama kali saya membacanya. Tak mau lepas barang sekelebat. Ini jadi pengingat untuk saya pribadi yang hina penuh dosa ini. Yang kadang suka lupa ngasih teladan dulu, sebelum berdakwah.
Allahummaghfirli.
Ditambah ketika nonton film Ketika Cinta Bertasbih 2, ada adegan dimana Kyai Lutfi -ayah Anna Althafunnisa- menolak dengan halus permintaan ibunda Azzam untuk mengisi tausiyah pernikahan Husna, dan beliau menyebutkan ayat 2 dan 3 Surah Ash-Shaf ini.
Bisa jadi, sampainya dakwah kita kepada mad'u, bukan karena bagusnya retorika yang kita punya, tapi karena kasih sayang Allah, atau karena "
kabura maqtan 'indallahi - besarnya kebencian di sisi Allah" tak Allah timpakan pada kita. Atau bisa jadi karena
qudwah yang kita lakukan
qablad dakwah membuahkan keberkahan seperti pada kisah Imam Hasan al-Bashriy di atas. Masya Allah, keren.
#reminder
#untukkuuntukmu
--
20170616
Ida Mayasari
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)