Bukan, ini bukan novel terakhir dari serial Bumi karangan Tere Liye.
Bukan juga Bintang yang dahulu ditunggu selama 12 tahun (ha ha).
Ini murni tentang bintang. Yang semakin hari semakin tidak kelihatan rupanya.
Bintang saja susah ditemukan. Konon lagi milky way, galaksi bima sakti.
Pernah lihat milky way dari beranda rumah, tidak?
Tidak, kan?
Ngomong-ngomong, tahu tidak milky way itu apa?
Milky Way (Bima Sakti) nampak seperti pita putih dengan sedikit noda hitam yang mendominasi langit malam sejak zaman dahulu.
Sayangnya, salah satu lukisan Allah ini sekarang tidak bisa kita temui di sembarang tempat. Kenapa? Penyebabnya adalah polusi cahaya.
Polusi cahaya merupakan salah satu bentuk dari perubahan lingkungan. Di sebagian besar negara maju dan beberapa negara berkembang, kehadiran lampu kota di mana-mana menciptakan kabut cahaya yang membuat kenampakan bintang-bintang dan galaksi Bima Sakti memudar (infoastronomy.org).
Got it. Lampu-lampu kota menyebabkan polusi cahaya.
Coba keluar rumah dan menengadahlah ke langit.
Ada bintang? Alhamdulillah, jika jumlahnya masih tak terhitung. Kalau masih bisa dihitung, artinya kita tengah berada dalam pusaran polusi cahaya yang akut.
Di bumi, kita menyangka bahwa kota yang kita tinggali ini sangat indah karena lampu-lampunya yang tak pernah padam, berkerlap-kerlip laksana bintang. Padahal, ada bintang sesungguhnya di luar bumi yang ternyata kita lupakan.
Kalau dipikir-pikir, dalam hal lain manusia juga kadang begitu.
Kalau sudah mendapatkan sesuatu yang (menurutnya) terbaik, kadang suka lupa diri dan menutup mata akan kebaikan-kebaikan lain yang mungkin belum diketahui.
Baru ngaji sebulan, udah berasa jadi kyai.
Baru konsisten tilawah sepekan, udah berasa sholeh/sholeha.
Baru tahajud tadi malam, udah ngeledekin yang bangunnya kesiangan.
Lupa, ya? Semua ilmu dan kemudahan beribadah datangnya dari siapa.
Semakin dekat dengan Allah, harusnya semakin membuat kita merendah di hadapan-Nya dan hamba-Nya.
Semakin banyak mendapat ilmu, harusnya semakin menyadarkan bahwa kita ternyata masih bodoh, banyak ilmu-Nya yang kita tidak ketahui.
Jika sebaliknya, jangan-jangan kita sedang berada dalam 'polusi cahaya' yang kita ciptakan sendiri.
Jadi, bintang sejati sebenarnya bukan berada dalam diri kita.
Salah satu cara menemukannya adalah dengan memadamkan sejenak 'lampu-lampu' diri kita. Memadamkan percikan ujub dan kesombongan diri. Agar mata kita yang terbatas ini bisa lebih jelas melihat ke atas. Bahwa ada bintang-bintang lain yang jauh lebih indah, yang pancarannya alami, dilukiskan sendiri oleh Allah Maha Pencipta Langit dan Bumi.
Maka, cukuplah cahaya-Nya saja yang membuat kita bercahaya.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka' ". [QS. Ali Imran (3) : 190-191]
|
sumber gambar : https://www.naturettl.com |
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)