Mahasiswa? Ya.
Ikut organisasi? Nggak?
Wah, sayang sekali, Sob kalau kamu mahasiswa tapi kamu ga gabung di organisasi apapun secara aktif.
Saya sendiri juga tipe yang males ikut organisasi-organisasian waktu sekolah dulu. Alasannya, males capek, takut belajar terganggu, dan ga punya waktu buat kesitu (pulang sekolah - les bahasa inggris - bimbel).
Nah, masuk ke dunia perkuliahan serasa dunia ini diputer balik. Kalau sekolah dulu pulang jam 2 siang, waktu kuliah pulang jam setengah 10 pagi. Pulang ngampus malah bingung mau kemana. Jadilah saya mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang) atau kunang-kunang (kuliah-nangkring di mall, cafe, resto *gaya banget, padahal aslinya warung nasi*)
Oke. Di kuliah bukan saya ga pernah dikenalin sama organisasi. Pernah. Banyak malah. Dan saya juga kadang mikir, "Kok pengen ya gabung di organisasi gitu? Dulu sekolah ga pernah ngerasain sekalipun. Apa mungkin ini saat yang tepat?"
Hingga akhirnya singkat cerita organisasi pilihan pertama saya jatuh ke pers mahasiswa. Saya lalui tes berkas dan wawancara, dan dinyatakan lolos tapi harus ikut magang dulu selama beberapa bulan. Baru sekali ikut rapat harian sampe jam 8 malam ditambah waktu sholat yang tidak disediakan bahkan ditunda-tunda, saya nyerah. Apa kata dunia kalau tiap minggu saya pulang jam 8? Tugas kuliah gimana ngerjainnya?
Setelah mengalami trauma selama beberapa minggu, saya coba move on lagi ke organisasi lainnya. Organisasi yang sebenarnya saya gabung di situ karena terpaksa, hasil bujukan teman satu lingkaran ngaji. Yauda, saya gabung dan jalani amanah sebagai anggota dengan separuh hati. Separuh hati? Iya. Saya ngerasa belum nyaman di lingkungan yang begitu islami. Organisasi saya sejenis Lembaga Dakwah Fakultas. Masih mau main sama temen-temen, sedangkan di organisasi juga butuh waktu untuk rapat dan segala macam agenda yang menurut saya saat itu ga penting.
Lalu saya sadar. Di tengah keterpaksaan saya ngejalanin amanah selama ini, Allah selalu kasih saya alasan untuk tetap bertahan. Bahkan ketika teman yang membujuk saya di awal memutuskan untuk hengkang, saya masih bisa bertahan. Bahkan ketika teman lainnya yang selalu menyemangati kami di sini harus pindah ke lain kota, saya juga masih bisa bertahan. Meski separuh hati, tapi Allah beri kenyamanan yang mulai lengkap.
Akhirnya, perjalan separuh hati saya itu bermuara ke sungai yang luas, panjang, dan jernih. Hati saya terbuka perlahan. Tanpa saya sangka, di kepengurusan berikutnya, saya diangkat jadi salah satu presidium. Dijadikan salah satu dari Badan Pengurus Harian. What a great feeling! Cerita ini sebelumnya udah pernah saya ceritain di sini.
Setelah itu... Hidup saya berubah!
Saya akhirnya menjadi bagian dari organisasi secara aktif. Saya yakin, amanah yang dipercayakan pada saya bukanlah sembarang pilih orang. I think, I have to prove to everyone that I can finish this well. And I did it. Setahun kemudian, saya jalani musyawarah besar di akhir kepengurusan, mempertanggungjawabkan amanah bendahara umum sendirian di depan. Ya, bendahara umum memang tidak punya pembantu. Tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh di akhirat, kita juga akan diminta pertanggungjawaban sendirian. *wink*
Selama setahun, saya belajar banyak hal dari organisasi. Saya yang dulunya grogi luar biasa kalau bicara di depan umum, sekarang jadi berani bahkan sering nagih kalo dipancing ngomong ga mau berhenti. Saya yang dulunya takut bertanya sesuatu di forum, kini jadi ga canggung lagi. Bisa dibilang, derajat percaya diri saya meningkat drastis dari level 1 ke level 10. *muahahaha
Selain percaya diri yang meningkat pesat, saya juga jadi punya banyak teman dari berbagai jurusan. Jika dulu cuma temenan sama temen-temen sekelas, kini saya punya temen lintas jurusan dan angkatan. Ga malu-malu lagi saling nge-bully satu sama lain. That's we call UKHUWAH! And I get that totally here!
Itu baru dua keajaiban yang mengubah diri saya. Masih ada lagi nih.
Kecerdasan spiritual saya juga meningkat sejak gabung di organisasi ini. Setiap minggu kita melingkar, mengkaji islam, memantau ibadah. Inilah puncak dari kenyamanan itu. Penggenap separuh hati yang hilang.
Hei, saya lupa.
Di tengah tahun saya juga jadi anggota di organisasi lain yang bukan islami, yang di kepengurusan selanjutnya saya jadi bendahara umum di sini (ditawarin sama ketuanya, saya terima aja).
Oke, setelah mubes, maka berakhir pula sudah perjuangan saya di organisasi islam. Jadi alumni pengurus atau dewan konsultatif kayaknya keren juga bisa evaluasi mereka yang masih menjabat.
Tapi lagi lagi. Amanah ga pernah salah pilih orang. Kita lah yang harus memantaskan diri untuk layak mengembannya. Saya ditunjuk jadi Sekretaris Bidang Kaderisasi di organisasi islam yang selama ini saya jalani, merangkap bendahara umum di organisasi lain. Menjadi presidium di 2 organisasi. Melelahkan? Tidak. Hanya, sedikit capek.
Fyi, bidang kaderisasi (kadri) adalah bidang inti di organisasi. Nama lainnya bisa jadi PSDM atau Kemahasiswaan. Di kadri tugasnya menjaga pengurus dan kader-kader gimana supaya jiwanya tetap sehat dan semangat menjalani aktivitas dalam rangka mencari ridho Allah.
Pada awalnya, saya ngerasa terpaksa masuk di bidang ini. Saya pikir, ini bukan bidang saya. I have no passion here. Saya dijebak nih. Kayaknya mereka salah pilih orang. Dan sejuta pikiran buruk lainnya yang membuat saya merasa tidak pantas di bidang ini. Selama 3 minggu, saya masih meyakinkan diri bahwa ini mimpi buruk.
Sampai akhirnya sama sadar. Saya sudah dipilih untuk mengemban amanah ini. Amanah yang ga semua orang bisa duduk ini. Ketika saya sudah dipercayakan disini, maka saya harus jalani sepenuh hati. Beruntungnya, Allah kirimkan saya malaikat-malaikat kecil ke bidang kadri untuk menemani perjuangan saya. *deuh, jangan ge-er kalau kalian baca ini ya, dek*. But, thanks Allah sudah mengirimkan Fira, Rani, Miya, Rahma, dan Dwi dalam hidup saya melalui bidang yang sangat rentan menggugurkan anggotanya ini. Kalian belima luar biasa bisa bertahan hingga akhir, dan kini berempat (minus Dwi yang udah ga di organisasi ini lagi) sudah jadi sekretaris di bidang masing-masing. How proud I am, pernah jadi 'ibu' kalian dahulu. *nangis bahagia*.
Setahun yang ini saya, si bungsu yang manja ini, diajari gimana jadi kakak buat adik-adik. *deuh, derita angkatan paling tua*
Lalu, mubes kembali harus dihadapi. Alhamdulillah, kali ini ga sendirian mubesnya. Ada banyak anggota yang menemani. Alhamdulillah semua pertanyaan bisa dijawab dengan baik meski harus ngulang berkali-kali.
Mubes di organisasi satu lagi justru lebih ringan kalau saya bisa bilang. Pasalnya, meskipun saya bendum, yang maju ke depan itu semua BPH dan koordinator divisi. Jadi rame. Dan bisa dibilang, saya lah peserta perempuan di mubes yang paling banyak omong. Gatel soalnya kalo ada yang ganjal di pikiran tapi ga diungkapkan. Alhamdulillah, mubes yang ini justru bisa dibilang kayak jalan-jalan protokol yang mulus dan ga banyak macetnya. Alhamdulillah juga karena saya udah dapet bekal dari mubes-mubes sebelumnya.
Anyway, tips ketika di mubes itu cuma satu. STAY COOL.
Tips supaya stay cool, siapin deh berkas selengkap-lengkapnya, pikirin kira-kira pertanyaan apa yang bakal muncul, dan siapkan jawabannya di rumah. Kalau di mubes bawa anggota, bekali anggota dengan beberapa berkas dan pengetahuan per-mubes-an supaya mereka ga takut dan ngacir kalo tiba-tiba ditanya peninjau.
Dua tahun lebih aktif di organisasi sampe di tingkat akhir gini rasanya kayak mimpi. Mimpi indah tentunya. Kalo dihitung-hitung, capeknya luar biasa tapi nikmat. Biar lelah asal lillah, kata meme-meme di facebook.
Organisasi mulu, kuliah gimana?
Hehe. Kuliah saya alhamdulillah masih aman, meski IP juga naik turun tergantung kondisi cuaca hati para dosen. Alhamdulillah masih cumlaude, meski udah agak di ujung-ujung. Intinya masih aman insya Allah. Di semester 6 dan 8 saya juga sempet ngajar laboratorium. Nambah amanah, nambah pahala. *smile*
Tapi saya pernah juga lho ngerasa males kuliah. Semester 5-6 itu semester paling berat karena tugas besar (project) juga agak susah. Disinilah kadang saya males kuliah, dan lebih asyik di organisasi. Tapi tiap liat foto orang tua, atau tiap pulang kampung, semangat belajar saya mendidih lagi. Di balik semua amanah organisasi, amanah utama dari orang tua juga harus jadi prioritas.
Sekarang saya di semester delapan akhir. Kalau ditanya tentang tugas akhir, saya udah mikirin kok apa judul untuk skripsi. Tapi executive summary-nya belum saya kasih, belum selesai lebih tepatnya. Amanah jadi aslab juga masih ada, meskipun beberapa temen saya yang aslab di jurusan lain juga udah wisuda duluan. It's okay, saya orangnya ga cemburuan jadi ga masalah mau wisuda duluan atau belakangan. Sekarang saya jadi bagian di satu organisasi (LDK) dan dua komunitas. Yes, semakin banyak amanah. Tapi insya Allah berkah ya. Aamiin.
Bismillah, doain saya bisa selesain amanah orang tua ini sesegera mungkin ya, Sob.
Biar iming-iming dari orang tua : "selesai wisuda mau kerja boleh, lanjut S2 boleh, atau nikah dulu juga boleh" bisa segera ditunaikan semuanya :))
|
gambar dari : luthfihutomi.blogspot.com |
Salam Semangat, Readers :)
Ida Mayasari
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)