|
sumber gambar : jalandamai.org |
Amanah yang ditangguhkan di pundak kita
saat ini suatu hari kelak akan diminta pertanggungjawabannya, sekecil apapun
amanah itu. Hingga pada hari yang telah ditentukan itu, kelak Allah akan
bertanya tentang semua amanah yang telah kita pikul. Dapatkah kita menjawab
dengan jawaban yang memuaskan jika kenyataan di lapangan mengatakan kita tidak
maksimal dalam mengerjakan amanah tersebut.
Pengalaman saya pribadi, menjaga atau
menjalankan amanah itu sulit. Itulah mengapa kita harus mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.
Terlebih kita harus sadari, bahwa amanah yang diberikan kepada itu, sebenarnya
adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT, melalui qiyadah atau pemimpin
kita. Jadi masalah amanah ini tidak main-main. Itulah mengapa, ketika saya
merasa sudah kebanyakan amanah di sana-sini, saya memutuskan untuk melepas
salah satu dan memfokuskan diri pada yang lain.
Amanah menjadi seorang pengajar
laboratorium di kampus adalah salah satu mimpi saya. Alhamdulillah mimpi itu
terwujud semester 6 masa perkuliahan saya. Pada semester 7 saya memutuskan
merehatkan diri sejenak dari amanah asisten lab, karena saya mulai keberatan
dengan amanah yang sudah singgah duluan.
Amanah menjadi sekretaris bidang kaderisasi
cukup menyita waktu dan pikiran saya. Tapi tujuan mardhatillah selalu saya
gaung-gaungkan dalam hati ketika semangat mulai luntur. Meski harus sering menangis di
ujung sajadah, tak peduli di siang bolong, petang, atau sepertiga malam
terakhir. Allah tidak akan memberi sesuatu di luar batas kemampuan kita. Ilmu
hitungnya Allah itu diluar kuasa kita. Ingin memfokuskan diri pada amanah yang
satu ini adalah salah satu alasan saya rehat dari amanah menjadi asisten lab.
Melepas yang satu, datang yang lain. Menjadi
bagian dari sebuah startup berbasis situs media online bernama
indonesiapositif.com (bukan promosi) adalah sebuah amanah baru yang harus saya
jalankan karena saya memutuskan untuk menerimanya. Alhamdulillah, menjadi salah
satu contributor penulis pada website ini tidak memberatkan saya sama sekali,
meski kadang harus diburu deadline tulisan. Menjalin kedekatan dengan
orang-orang yang memiliki hobi yang sama dengan visi ke depan yang begitu
mengagumkan adalah salah satu mimpi saya juga. Dan Alhamdulillah terwujud
sudah, meski saya dan teman-teman masih merangkak membangun semuanya.
Amanah menjadi seorang bendahara umum di
sebuah himpunan mahasiswa jurusan sebenarnya tidak memberatkan saya sama
sekali. Bahkan menurut saya, kerja di organisasi ini begitu santai hingga saya
pribadi merasa khawatir apakah saya yang terlalu tidak aktif dan menyepelekan
amanah atau organisasi ini yang berjalan dengan kecepatan konstan melamban.
Amanah selanjutnya yang sebenarnya tak jadi
mimpi tertulis saya, namun jadi keinginan terdalam yang dulu sedikit ragu untuk
diwujudkan adalah menjadi seorang pementor atau murabbi. Masih teringat
perjuangan dahulu ketika menjalani sekolah dan pelatihan pementor. Suka duka
dilalui bersama. Kini, menjadi murabbi adalah amanah paling istimewa dalam
hidup saya. Amanah yang kalau bisa, harus tetap diprioritaskan menjadi nomor
paling utama. Karena dengannya saya menjadi benar-benar hidup, menjadi terus
termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri di hadapan Rabbi. Menjadi seorang
murabbi adalah salah satu hal paling hebat dan keren yang pernah terjadi dalam
hidup saya, sama halnya juga dengan saat pertama saya mengenal tarbiyah.
Amanah lainnya masih ada. Hanya saja saya
tak bisa sebutkan karena yang ini amnia, begitu istilahnya. Semoga masih bisa
bertahan. Meski air mata tertumpah ruah.
Yang di atas semua adalah amanah dari institusi. Sesungguhnya masih banyak amanah lain yang mungkin kita sendiri lupa kalau itu adalah sebuah amanah. Apa hayo?~
Pilihan untuk menerima atau
melepas amanah juga ada di tangan kita. Kita yang tahu batas kemampuan kita
dalam memegang berapa banyak amanah. Selain optimis, kita juga harus realistis.
Jangan sampai kita banyak miliki amanah, tapi semuanya dijalankan setengah-setengah.
Lebih baik sedikit, tapi semua amanah dijalankan semaksimal mungkin agar
hasilnya juga maksimal.
So, Readers.
Jaga dan jalankan amanah yang kita miliki
sekarang dengan sungguh-sungguh untuk mengharap ridha-Nya semata. Terutama
amanah menjadi khalifah di bumi Allah. Kelak apa jawaban yang akan diri kita
berikan ketika amanah yang satu ini diminta pertanggungjawaban?
*hanya catatan kecil sebelum tidur,
pengingat untuk diri yang hina ini*
Salam Semangat, Readers :)
Ida Mayasari
Komentar
Posting Komentar
jangan sungkan untuk berkomentar ya :)