Langsung ke konten utama

Unggulan

Menjadi Istri dan (Calon) Ibu

Setelah 57 hari menjadi istri, akhirnya aku ngerasain rasanya pagi-pagi keteteran siapin bekal buat suami, keramas subuh-subuh hampir tiap hari (ehm), ngerjain kerjaan rumah supaya rumah tetep rapi (walau nggak rapi-rapi amat), dan lain-lain. Meanwhile, di sisi lain aku juga lagi adaptasi dari pekerja penuh waktu di kantor 8 to 5 sekaligus paruh waktu di weekend yang super duper sibuk, menjadi ibu rumah tangga yang mostly waktunya dipake buat jagain rumah. Wkwk. Biasanya sampe rumah itu capek dan langsung rebahan di kasur, sekarang harus menyambut orang yang capek itu setiap Senin sampai Sabtu dengan senyum sumringah supaya capeknya ganti jadi bahagia karena sudah sampai di rumah. Di tengah masa probation sebagai seorang istri ini, ternyata Allah Maha Baik juga turut menitipkan janin berusia sekitar 4 minggu dalam rahimku. Betapa menggemaskannya ia ketika pekan lalu kami (aku dan suami) melihatnya untuk pertama kali melalui USG. Usia kehamilan yang masih terlalu

Untuk Rani


sumber : ikapd165.wordpress.com

Teruntuk adikku,
Rani Masyithah Pelle

Assalamu'alaikum...
Syukur tak terukur kepada Allah yang masih memberikan kita banyak kata untuk ditulis, masih memberikan kita banyak suara untuk didengar, dan masih memberikan nafas untuk dihembuskan. Semoga setiap sujud kita terbalaskan dengan ridho-Nya, ya Dik. Semoga setiap shalawat kita menjadi radar pertemuan kita dengan Rasulullah, sosok yang selalu kita coba teladani.

Kakak tahu ini bukan hari ulang tahunmu, Dik. Tapi memberi hadiah kan tak harus ketika hari ulang tahun saja. Hadiah ini sudah kakak persiapkan jauh hari sebelum hari ini kakak menyerahkannya padamu. Masih ingat Ramadhan kemarin? Tiba-tiba saja kakak memintamu untuk datang ke kampus di sela waktumu yang sibuk mempersiapkan diri untuk kembali ke kampung halamanmu di luar provinsi. Pukul 9 pagi kita janjian di “basecamp” tempat kita biasa berkumpul.

Tapi Allah punya skenario lain, Dik.
Maaf jika kakak yang belum jua tiba di tempat janjian, harus mengirim pesan padamu agar kau kembali ke rumah dengan tangan hampa, tanpa tahu apa alasannya kakak menyuruhmu datang dan pulang. Maaf, Dik. Tapi ketika itu Allah sedang memainkan ceritanya.

Malam sebelum kita janjian...
Kakak memesan hadiah ini ke seorang teman. Ketika kakak tahu kau akan pulang kampung esok, kakak meminta si teman untuk mengantar jilbabnya esok hari kurang dari jam 9, agar kakak sempat bertemu denganmu dan bisa menghadiahi ini sebelum kau berangkat.

Kami lalu bertemu. Selesai itu, kakak pergi ke kampus naik sepeda motor yang biasa kakak kendarai. Tentu saja untuk bertemu denganmu dan memenuhi janji lain di basecamp. Hingga ketika kakak hampir sampai, ketika baru melewati pintu 4, dan akan ke pintu 3, ada mobil putih yang menyenggol kakak dengan mulus. Ya, kakak terserempet mobil. Dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Ada bagian yang robek di dalam mulut kakak dan beberapa luka lecet di wajah dan tangan. Allah sedang memainkan skenarionya, Dik. Alhamdulillah kakak masih diselamatkan dan masih bisa menulis surat ini untukmu.

Pertemuan pertama denganmu tak pernah kakak bayangkan sebelumnya. Karena Allah benar-benar mampu menyimpan rahasia dengan hebatnya. Kita bertemu dalam lingkaran istimewa itu. Terima kasih karena sudah mau menjadi mentee dari pementor seperti kakak, yang begitu cerewet dan banyak cakap. Dan kini kau juga telah jadi pementor, Dik. Hebatnya dirimu. Terima kasih karena saat ini kau lah satu-satunya adik binaan kakak dahulu yang masih bersedia menemani kakak di bidang yang sekarang kita tekuni. Seseorang pernah berkata pada kakak bahwa kita mirip. Tentu saja bukan wajahnya, tapi tingkahnya, gayanya, pembawaanya, dan mungkin bandelnya :p

Tak ada yang bisa menjamin ke-istiqomah-an kita. Tak ada, Dik. Maka, mohon ingatkan dan tegur kakak jika nilai ke-istiqomah-an itu mulai luntur dari diri kakak, begitu juga kakak padamu. Maka, jika suatu hari nanti, ketika hari penghakiman telah datang, kau masuk ke dalam surga tapi tak melihat kakak, maka tolong pinta pada Allah untuk menarik kakak dari neraka agar bisa bersamamu dalam jannah-Nya.



Terima kasih, Rani.
Terimalah hadiah kecil ini untuk pengikat cinta kita.  :)

Wassalamu’alaikum.

Tertanda,
Kakak kelasmu yang banyak khilafnya



Ida Mayasari

Komentar

  1. Makasih banyak kak Idaaa, terharu baca blog kakak utk Rani, sampe nangis di kamar hiks ���� semoga kita selalu dalam lindungan-Nya, dalam penjagaan-Nya dr keburukan2 yg entah itu dr luar ataupun dr diri kita sendiri.
    Kakak udah Rani anggap kakak sendiri, teman, sahabat makanya sikap Rani kadang tanpa sadar ga sopan sama kakak, maaf kak. Ingatkan Rani juga kalo udah mulai futur yaa kak, selalu bimbing Rani.
    Gatau lagi mau bilang apa, makasih banyak kak, makasih udah jadi pementor pertama di kampus, makasih udah membimbing Rani hingga mengikuti jejak kakak yg jadi pementor saat ini. InsyaAllah Rani akan berusaha melakukan yg terbaik untuk dakwah kita ❤
    Ana uhibbukifillah ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... ana uhibukki fillah juga, rani.. *bighug*

      Hapus

Posting Komentar

jangan sungkan untuk berkomentar ya :)

Postingan Populer